Bukan dari slogan.
Bukan dari retorika anak-anak
2. kitab suci" itu, hakikatnya adalah "konsep".
Bukan cetakan.
3. Adil itu tidak berhenti di tengah.
Melainkan menemukan yang tersingkir.
Melainkan menemukan yang tersingkir.
4. Demokrasi harus di aktifkan SETIAP HARI,
Itu pentingnya memelihara KEWARASAN
Melalui AKAL SEHAT.
Itu pentingnya memelihara KEWARASAN
Melalui AKAL SEHAT.
5. Seperti halnya olahraga,
Politik adalah kompetisi.
Sportivitas dasarnya.
Tak boleh ada yang personal.
Politik adalah kompetisi.
Sportivitas dasarnya.
Tak boleh ada yang personal.
6. Kepicikanmu tak menjadi soal.
Menganggap semua orang sedangkal akalmu,
Itu soal serius seorang akademisi.
Menganggap semua orang sedangkal akalmu,
Itu soal serius seorang akademisi.
7. Masa depan adalah lahan generasi baru.
Tak boleh ada bibit dungu hari ini.
Tak boleh ada bibit dungu hari ini.
8. Kalau nahkodanya cerdas,
Bahkan dia gak perlu haluan.
Dia bisa tau navigasi hanya dengan
Melihat cahaya bintang.
Bahkan dia gak perlu haluan.
Dia bisa tau navigasi hanya dengan
Melihat cahaya bintang.
9. Analisa berhenti
Ketika amarah mulai.
Ketika amarah mulai.
10. Rindu tak pernah menetap,
Tapi ia selalu kembali.
Tapi ia selalu kembali.
11. Rindu adalah cinta teoritis tertinggi.
Bening dalam asumsi
Pekat dalam metode.
Bening dalam asumsi
Pekat dalam metode.
12. Rindu menuntunmu,
Bukan untuk tiba.
Bukan untuk tiba.
13. Visi itu bukan apa yg ada di teks.
Tapi apa yang ada di otak.
Tapi apa yang ada di otak.
14. Politik itu kontestasi.
Tapi kalian jadikan konfrontasi.
Tapi kalian jadikan konfrontasi.
15. Teologi itu kajian akademis.
Bukan baliho kampanye.
Bukan baliho kampanye.
16. Pemimpin tertinggi dia punya ide terbaik.
Ide terbaik harus di uji di tempat terbaik (kampus).
Ide terbaik harus di uji di tempat terbaik (kampus).
17. Jangan jadikan generasi ini menjdi
Sekedar generasi penghafal.
Musti generasi yang mampu
Membongkar persoalan.
Sekedar generasi penghafal.
Musti generasi yang mampu
Membongkar persoalan.
18. Saat ini kita kekurangan pikiran.
Tapi kelebihan pencitraan.
Tapi kelebihan pencitraan.
19. Kendati kemarahan moralmu
Meluap-luap, janganlah ia tumpah
Menjadi kebengisan baru.
Meluap-luap, janganlah ia tumpah
Menjadi kebengisan baru.
20. Tempuh arahmu,
Sampai bertemu simpangan.
Di situ kau diuji,
Oleh alasanmu sendiri.
Sampai bertemu simpangan.
Di situ kau diuji,
Oleh alasanmu sendiri.
21. Kebebasan itu melampaui netralitas.
22. Sekali lagi, dungu itu
Bukan tentang "orang".
Dungu adalah soal "cara" berpikir.
23. Sopan-santun itu tatakrama.
Bukan cara berpikir.
24. Masih di situ engkau,
Di tangkai yang tak pernah lapuk.
Gugur pun, benihmu tumbuh kembali
Bukan tentang "orang".
Dungu adalah soal "cara" berpikir.
23. Sopan-santun itu tatakrama.
Bukan cara berpikir.
24. Masih di situ engkau,
Di tangkai yang tak pernah lapuk.
Gugur pun, benihmu tumbuh kembali
25. Senja adalah jembatan waktu.
Sesaat rindu menyeberang,
Ia runtuh"
Sesaat rindu menyeberang,
Ia runtuh"
0 comments: